Bicara soal siapa yang lebih baik, kita
sering diberikan dua pilihan: The Rolling Stones vs. The Beatles, Magic
Johnson vs. Michael Jordan, dan tentunya Pele vs. Diego Armando
Maradona.
Saya akan memilih The Beatles dan Michael Jordan. Anda
mungkin punya pendapat lain. Tapi untuk yang terakhir, sulit sekali
menentukan pemenangnya.Untuk memilih siapa di antara dua legenda tersebut yang lebih unggul, diperlukan sejumlah kriteria...
Catatan Prestasi
Pele
memenangkan dua gelar Piala Dunia, dua Copa Libertadores, dua Piala
Intercontinental dan beberapa titel lainnya di Brasil. Sementara FIFA
menobatkannya sebagai Pemain Terbaik Abad Ke-20 sembilan tahun lalu.
Sedangkan
Maradona hanya memenangkan satu titel Piala Dunia, beberapa gelar
domestik di Argentina, Spanyol dan Italia, ditambah
penghargaan-penghargaan seperti pemain terbaik Piala Dunia 1986, Gol
Terbaik Abad Ke-20 Versi FIFA, dan Pemain Terbaik Abad Ke-20 berdasarkan
pendapat pembaca.
Gelar yang disebut terakhir sangat menarik. FIFA memilih Pele, tapi rakyat mengunggulkan Maradona.
Apakah karena Pele memenangkan tiga Piala Dunia membuatnya lebih unggul dari Maradona yang hanya meraih satu gelar? Hmmm...
Sepertinya tidak adil jika kita mengatakan seorang pemain
lebih unggul hanya dari koleksi trofinya. Pele masih berusia 17 tahun
ketika meraih Piala Dunia 1958, tapi ia cedera dalam dua edisi
berikutnya, sehingga kurang memberikan dampak terhadap tim. Di Italia
1970, Pele menjadi salah satu anggota dari tim terbaik dunia, bersama
Tostao, Rivelino, Carlos Alberto, Gerson dan Jairzinho. Tanpa seorang
Pele pun, Brasil sudah bisa memenangkan Piala Dunia 1970.
Di sisi
lain, Maradona mengangkat tim Tango ke tangga juara di Meksiko 1986.
Siapa yang dapat melupakan golnya ke gawang Inggris di perempat-final,
ditambah gol indah melawan Belgia di empat besar? Saya sendiri yang
menyaksikannya secara langsung di Mexico City terpaku melihat gol
tersebut, seolah-olah tidak percaya seorang pemain sependek 165 cm bisa
mencetak gol seperti itu.
Padahal, materi kekuatan Argentina kala
itu tergolong biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa secara tim.
Justru Jerman Barat, tim yang dikalahkan Argentina di partai puncak,
memiliki materi pemain yang jauh lebih dahsyat. Sebut saja Karl-Heinz
Rummenigge, Rudi Völler, Andreas Brehme, dan Lothar Matthäus. Mantap
sekali bukan?
Pada 1986, sepakbola Amerika Latin justru dikuasai
Uruguay, yang meraih Copa America tiga tahun sebelumnya. Tanpa Maradona,
tim Tango tidak mungkin mengatasi perlawanan sengit Enzo Francescoli
dan Uruguay di babak 16 besar.
Jumlah Gol
Tentunya Pele memiliki koleksi gol yang lebih banyak dibanding Maradona. Dari 1.363 pertandingan, Pele mencetak 1.281 gol.
Wow, luar biasa! Kemampuan Pele dalam merobek gawang lawan tidak perlu diragukan lagi - 77 gol dalam 92 penampilan di timnas.
Sebaliknya, Maradona mencetak 34 gol dari 91
caps internasional, delapan di kancah Piala Dunia, dan secara total 311 gol dari 590 laga.
Dengan
demikian, apakah Pele lebih unggul? Seorang penyerang atau striker akan
mencetak gol ketika gol itu sangat dibutuhkan. Sebagai penentu
kemenangan, Maradona sudah berapa kali melakukannya?
Sebelum
pindah ke Real Madrid, Cristiano Ronaldo merupakan seorang topskor di
Liga Primer Inggris. Tapi di final Liga Champions, penyerang asal
Portugal itu gagal membangkitkan Manchester United. Di sebuah
pertandingan besar melawan tim yang besar, seorang pemain top diharapkan
mampu mencetak gol di saat yang tepat. Seorang Ronaldo gagal
melakukannya di
Roma Finale pada Mei 2009. Ia kalah telak dari Lionel Messi. Barcelona pun juara.
Baik
Pele maupun Maradona berhasil melakukannya, di tingkat klub sekaligus
timnas. Hanya saja, Maradona mengangkat prestasi Napoli, dari sebuah
klub yang kecil menjadi klub papan atas di era 1980-an. Akhirnya Napoli
meraih
Scudetto untuk pertama kalinya pada 1987. Kesuksesan itu
terulang tiga tahun kemudian. Bahkan mereka meraih Piala UEFA 1988/89.
Sejak ditinggalkan Maradona, prestasi Napoli paling tinggi hanya sebuah
gelar Coppa Italia pada musim 1986/87.
Pele sendiri tak pernah
bermain di Eropa. Tapi pada dasawarsa 1960-an bersama Santos, klub
terbaik dunia saat itu, Pele selalu tampil cemerlang melawan klub-klub
Eropa. Bahkan di Piala Intercontinental 1962 dan 1963, Pele memimpin
Santos mengalahkan Benfica dan Milan. Tercatat dari lima pertandingan
melawan dua klub tersebut, Pele memborong tujuh gol.
Fair Play
Kecanduan
narkoba ditambah 'kecurangan' dengan mencetak gol 'Tangan Tuhan' ke
gawang Inggris pada 1986 membuat Maradona tersingkir sebagai pemain yang
fair di dalam maupun luar lapangan.
Pele memang tak
pernah berurusan dengan narkoba dan tak pernah terbukti melakukan
kecurangan. Tapi, apakah Maradona tidak pantas dijuluki pemain terhebat
hanya karena dua unsur tersebut?
Tentu saja Maradona bersalah
dalam penggunaan kokain. Tapi seharusnya hal tersebut tidak selalu
dikaitkan dengan dirinya sebagai seorang pemain sepakbola.
Dalam
budaya Amerika Latin dan Eropa Selatan, jika Anda mampu mencetak gol
dengan menipu wasit dan pemain lawan, Anda justru dipandang sebagai
pemain yang lebih baik secara taktis.
Jangan lupa, Maradona tidak
pernah menggunakan obat terlarang yang dapat meningkatkan performa di
lapangan. Kokain justru menurunkan kemampuan bermain. Bayangkan jika
Maradona bersih dari kokain. Tentunya ia menjadi pemain yang dua atau
tiga kali lebih hebat.
Klip Video
Kita
akan sulit menentukan siapa yang lebih hebat melalui rekaman video. Pada
era 1950 hingga 1960-an, video pertandingan masih langka, terutama di
Amerika Latin. Jadi, cuplikan gol-gol terbaik Pele tak mungkin terkumpul
semuanya.
Maradona berada di zaman ketika sepakbola sudah
menjadi bisnis jutaan dolar. Jadi, video-video Maradona akan lebih
banyak ditemukan. Sementara klip video tentang Pele lebih banyak
diperoleh lewat Piala Dunia.
Hal tersebut sangat disayangkan.
Tapi yang jelas, konsistensi pemain dalam jangka waktu yang lama patut
dipertimbangkan. Baik Pele maupun Maradona menjadi legenda karena
mendominasi dunia sepakbola selama sepuluh tahun lebih, sama halnya
dengan pemain-pemain di zaman modern seperti Paolo Maldini dan Zinedine
Zidane.
Satu lagi yang perlu dipikirkan adalah kenyataan bahwa
Pele datang sebelum Maradona. Artinya, sosok Pele menjadi idola bagi
banyak pemain yang lahir sesudahnya. Ada yang mengatakan, tanpa
kehadiran Pele, tidak mungkin ada Johan Cruijff, Roberto Baggio, Zidane
atau Maradona sekalipun. Di zamannya, Pele memang lebih unggul di antara
pemain seperti Alfredo Di Stefano dan Ferenc Puskas.
Dan Pemenangnya Adalah...Untuk menentukan siapa yang lebih baik antara Pele dan Maradona akan selalu sulit dijawab.
Tapi untuk memudahkan Anda dalam menjawab, coba tanyakan pada diri Anda:
Jika
Maradona memperkuat Brasil 1970, apakah Brasil masih bisa juara? Tapi
jika Pele memperkuat Argentina 1986, apakah tim Tango bisa juara?
Menurut
saya, Pele selalu berada di zona yang nyaman, baik di level klub maupun
timnas. Seorang Maradona secara individu lebih berdampak terhadap
timnya dan lebih teruji. Dengan alasan seperti ini, saya berkesimpulan
Maradona lebih hebat ketimbang Pele.
follow me @aliasran_PNRK